TENTANG MAS BOND, PENEMU METODE BUDIDAYA KROTO SISTEM STOPLES.




Pernah hidup pada masa sulit tidak membuat langkah pria bernama Ade Yusdira berhenti berusaha mencari nafkah bagi keluarga. Alhasil, kini dia sukses menjalankan bisnis yang terbilang unik dan masih jarang digeluti orang lain yaitu budidaya kroto.

Kroto sendiri merupakan larva atau telur semut jenis rangrang yang banyak digunakan masyakat sebagai pakan burung kicau atau sebagai umpan untuk memancing ikan.

Awal mula usaha
Sebelum terjun dalam bisnis budidaya kroto, Ade pernah beberapa kali berganti profesi, mulai berjualan makanan khas Palembang Pempek-pempek keliling ke sekolah, berjualan roti, membuka toko alat tulis kantor (ATK) hingga berjualan nasi goreng dan mie ayam.
Semua itu dia lakukan sebagai sampingan dari profesi utamanya menjadi staf pengajar untuk mata kuliah komunikasi bisnis dan manajemen ritel di STIE Kesatuan Bogor.

"Semua profesi saya lakukan seperti jualan pempek-pempek ke sekolah-sekolah, kemudian jualan roti. Penghasilan bisa sampai Rp 200 ribu-Rp 300 ribu, tetapi lelah, karena harus bangun jam 4 pagi muter ke komplek jual roti dan jam 8 pagi kerja di Kesatuan. Kemudian juga pernah dagang nasi goreng dan mie ayam dan dagang ATK,".

Awal ketertarikannya pada budidaya kroto karena hobinya mancing. Pada saat itu kroto masih sulit didapatkan sehingga dia berpikir bagaimana membudidayakan kroto sendiri.
Untuk mulai budidaya ini Ade setidaknya melakukan percobaan dan penelitian hingga 2 tahun sebelum akhirnya berhasil.

"Sementara di alam juga sudah semakin sedikit. Saya butuh, akhirnya terinspirasi saya research dulu, banyak gagal sampai akhirnya berhasil. Saya melakukan penelitian sudah 2 tahun, kemudian menjalankan usaha ini sekitar 1 tahun. Sebenarnya budidaya kroto ini sudah diperkenalkan 5-6 tahun lalu dan saat itu belum banyak," lanjut dia.

Setelah berhasil melakukan budidaya, usaha tersebut tumbuh berkembang dengan cepat. Menurut dia hal ini lantaran momentum yang pas di mana masyarakat semakin gemar memelihara burung kicau dan memancing ikan sehingga kebutuhan akan kroto semakin tinggi. Sementara itu belum banyak orang yang tahu cara membudidayakannya.

"Kebutuhan kroto tinggi sementara suplainya kurang. Sebenarnya alam sendiri telah menyediakan kroto ini, tetapi karena ada penebangan hutan, pemburu liar dan masyarakat menganggap semut ini sebagai hama jadi dibasmi, akhirnya menganggu koloni dan mati sehingga kroto ini sulit untuk didapat," jelas pria kelahiran Bogor, 8 September 1975 ini.

Melihat perkembangan yang positif, Ade akhirnya berhenti berjualan dan mulai fokus pada budidaya kroto ini sambil tetap mengajar.
Dia pun memberi nama usahanya tersebut Kroto Bond. Nama Bond ini berasal dari panggilan Ade dari akrab teman-temannya. Selain itu, kata Bond juga identik dengan tokoh film James Bond, sehingga diharapkan akan lebih mudah diingat oleh para penggemar burung kicau dan pemancing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SELAMAT DATANG DI KROTOBOND INDONESIA!

Tentang Krotobond Indonesia